Search

Bahan Makanan Yang Harus Dikonsumsi Bagi Penderita Radang Sendi

Monday, January 22, 2018

Untuk Anda yang senang beraktivitas fisik, seperti jogging di taman, berjalan dengan hewan peliharaan Anda, berenang, aerobik dan lain sebagainya, hal yang paling Anda tidak inginkan terjadi tentu saja terjadi masalah pada sendi Anda. 



Tak perlu khawatir, sebab ada pilihan-pilhan makanan yang dapat menyokong kesehatan sendi Anda untuk Anda bebas melakukan aktivitas fisik yang Anda sukai. Yang Anda butuhkan adalah makanan yang mengandung antioksidan. Antioksidan adalah komponen yang dapat melawan radikal bebas, yang dapat mengganggu sendi Anda dan membuat sendi Anda bermasalah. Antioksidan dapat ditemui dari makanan-makanan yang mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan selenium. Makanan-makanan yang mengandung komponen-komponen yang sudah disebutkan merupakan senjata ampuh untuk melawan radikal bebas yang dapat mengganggu sendi Anda. Selain itu, omega-3s, juga dapat menurunkan risiko pembengkakan atau masalah-masalah lain pada sendi Anda. Anda juga mungkin membutuhkan makanan yang mengandung Vitamin D untuk membantu kesehatan sendi sekaligus tulang Anda. Vitamin D membantu tubuh Anda menyerap kalsium dari makanan atau minuman yang masuk ke tubuh Anda. Berikut adalah makanan-makanan yang secara spesifik dapat membantu kesehatan sendi Anda: 

1. Buah ceri 
Seperti yang Anda tahu, warna buah ceri sangat tajam. Warna tajam ini didapat oleh ceri dari bahan kimia yang natural berada di tanaman, namanya anthocyanins. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa buah ceri segar atau jus ceri dapat melawan peradangan. Beberapa penelitian juga menghubung-hubungkan buah ceri segar untuk meringankan encok. Alternatif makanan lain yang dapat membantu kesehatan Anda adalah buah-buah berwarna tajam lain, seperti bluberi, blackberry, atau buah delima. 

2. Cabe merah 
Cabe merah kaya akan vitamin C. Seperti yang sudah disebutkan, vitamin C dapat membantu kesehatan sendi Anda. Vitamin C dapat membantu tubuh Anda membentuk kolagen. Kolagen adalah bagian dari tulang lunak, tendon, dan ligamen yang menjadi bantalan untuk sendi Anda dan merekatkan sendi Anda. Selain cabe merah, Anda juga dapat mengonsumsi makanan lain yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, tomat, dan nanas.

3. Salmon 
Mungkin salmon bukanlah makanan pertama yang muncul di kepala Anda saat Anda harus menyebutkan makanan apa saja yang dapat membantu kesehatan sendi Anda. Akan tetapi, faktanya, salmon merupakan salah satu makanan yang baik untuk sendi Anda. Salmon mengandung kalsium dan vitamin D yang membuat tulang Anda tetap kuat. Selain itu, salmon juga mengandung omega-3s, yang seperti sudah disebutkan dapat mengurangi masalah pada sendi Anda. Keuntungan lain dari makan salmon adalah Anda tetap makan daging, tetapi yang jelas bukan daging yang menyebabkan masalah sendi seperti iga babi. Selain salmon, Anda juga bisa mengonsumsi yogurt atau susu yang low-fat atau no-fat. Jenis susu tersebut mengandung kalsium dan vitamin D yang tinggi. Selain itu, Anda juga bisa memakan ikan sarden untuk mendapat omega-3s. 

4. Oatmeal
 Makanan whole grains seperti oatmeal dapat meringankan peradangan. Sebaliknya, refined grains, seperti tepung putih, justru mengakibatkan peradangan. Saat Anda melakukan aktivitas fisik, memang hal tersebut membuat tulang dan otot Anda menjadi kuat. Akan tetapi, secara bersamaan, hal tersebut juga menyebabkan sendi Anda menjadi tegang. Jadi, untuk Anda yang beraktivitas fisik, makanan bukan saja berfungsi untuk mengisi energi, akan tetapi juga untuk tahap pemulihan dan penyembuhan. Maka dari itu, daripada mengisi energi Anda dengan nasi goreng pakai sosis, lebih baik makan oatmeal dengan buah, kacang-kacangan, dan yogurt. Anda juga bisa memakan nasi merah sebagai ganti oatmeal. 

5. Kunyit 
Kunyit adalah salah satu makanan yang populer di Indonesia dan mudah didapat. Di dalam kunyit, terdapat komponen bernama kurkumin. Nah, kurkumin ini dapat bekerja seperti ibuprofen yang dapat meringankan sakit pada lutut. Kalau Anda tidak suka atau tidak bisa makan kunyit secara langsung, Anda dapat menggantinya dengan memakan bubuk kari, sebab warna kuning dari kari sendiri di dapat dari kunyit. Selain itu, Anda juga bisa mengganti kunyit dengan jahe atau cinnamon (kayu manis). 

6. Kacang walnut 
Kacang walnut kaya akan beberapa nutrisi yang berguna untuk mencegah peradangan, seperti omega-3 dan asam lemak. Tetapi perlu diingat juga, meskipun kacang walnut atau jenis kacang-kacangan yang lain berguna untuk sendi Anda, makanan-makanan tersebut juga tinggi kalori, sehingga Anda harus pintar-pintar memakannya supaya Anda tidak terkena penyakit lain. 

7. Kale 
Kale, atau sayur-sayuran daun hijau yang lain (seperti brokoli dan bok choy), kaya akan nutrisi yang membantu kesehatan sendi Anda, termasuk antioksidan, beta-karoten, dan vitamin C. Kale sendiri juga kaya akan kalsium, yang dapat menguatkan tulang Anda. Selain makanan-makanan yang telah disebutkan, Anda juga bisa mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan kesehatan sendi Anda. Suplemen yang baik untuk sendi Anda adalah suplemen yang mengandung glucosamine. Glucosamine adalah protein yang membantu menjaga tulang rawan pada sendi, membantu meniadakan efek akibat aktivitas fisik pada sendi Anda, dan meremajakan kenyamanan dan pergerakan sendi. Glucosamine sudah dipelajari keamanannya untuk tubuh manusia. Carilah suplemen yang mengandung minimal 1.500 mg glucosamine. Untuk hasil yang maksimal, Anda harus konsisten mengonsumsi suplemen tersebut. Tentu saja, tidak mungkin dengan hanya memakan makanan-makanan di atas, lalu sendi Anda langsung benar-benar sehat. Tetap, berolahraga dan memiliki pola makan yang sehat secara keseluruhan adalah kunci untuk membuat sendi Anda dapat bekerja sebagaimana mestinya.

PERAN PERAWAT PADA TERAPI PSIKOFARMAKA

Tuesday, January 16, 2018

https://drive.google.com/file/d/1aBKl7TSeGvjWEtkC9gV7Ry2Kcw3StXIG/view?usp=sharing

PENGELOLAAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Monday, January 15, 2018

https://drive.google.com/file/d/1NO9f3gduYzkE727hauTmYtkCJFtsKpJD/view?usp=sharing

MENGENAL GANGGUAN JIWA MASYARAKAT

Sunday, January 14, 2018

https://docs.google.com/presentation/d/e/2PACX-1vRES4THKqxYdvmnoZs70UnPWntctcIn90GKyuImQdi59uPRrh7huHJPwTbLA7uR4V6DfUv3Q22Tyr6u/pub?start=false&loop=false&delayms=3000

STANDARD CASE CONFRENCE / KONFRENSI KASUS

Thursday, January 11, 2018

1.       PENGERTIAN
Case Confrence  (Konfrensi kasus) adalah diskusi kelompok tentang kasus asuhan keperawatan  pasien / keluarga



2.       TUJUAN
A.      Mengenal kasus dan permasalahannya
B.      Mendiskusikan alternative penyelesaian masalah asuhan keperawatan
C.      Meningkatkan koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan
D.      Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam menangani kasus

3.       TOPIK KASUS
A.      Kasus pasien baru
B.      Kasus pasien yang tidak ada perkembangan
C.      Kasus pasien yang meninggal
D.      Kasus pasien dengan masalah yang jarang ditemukan

4.       TAHAP PELAKSANAAN
A.      PERSIAPAN
1.       Masing – masing ketua tim menjadualkan kegiatan  Case Confrence  dan disepakati oleh katimmlainnya
2.       Jadual pelaksanaan Case Confrence  sudah terjadual (hari, tanggal, waktu dan tempat)
3.       Ketua tim yang akan menyelenggarakan Case Confrence  menyipakan bahan yang akan disampaikan saat Case Confrence  
  
B.      PELAKSANAAN
1.       Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh kepala ruangan atau ketua tim
2.       Ketua tim menyampaikan kasus yang akan dibahas
3.       Ketua tim meminta masukan kepada perawat tentang permasalahan yang dihadapi (didiskusikan)
4.       Ketua tim menyimpulkan hasil Case Confrence  secara keseluruhan dan khususnya tindak lanjut untuk kasus yang disajikan

C.      PENUTUP
1.       Kepala ruangan atau ketua tim menyampaikan rencana kegiatan
2.       Kepala ruangan menyampaikan kontrak pertemuan berikutnya
3.       Kepala ruangan menutup kegiatan Case Confrence  dan mengucapkan salam

5.       DOKUMENTASI
A.      Ketua tim mendokumentasikan hasil hasil dari Case Confrence  

B.      Kepala ruangan menilai kemampuan ketua tim dalam melakukan Case Confrence  

STANDAR RAPAT TIM KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

PENGERTIAN
Rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim kesehatan (rapat multidisiplin) untuk membahas manajerial ruang  Model  Praktik  Keperawatan Profesional  (MPKP). Fokus pembicaraan rapat ini adalah membahas hal – hal yang terkait dengan manajerial.



TUJUAN / KEGUNAAN
1.       Menyamakan persepsi terhadap informasi yang didapatkan dari masalah yang ditemukan, khususnya masalah manajerial.
2.       Meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan kesehatan
3.       Mengurangi keselahan informasi antar tim kesehatan.
4.       Meningkatkan koordinasi antara tim kesehatan.

SYARAT – SYARAT
1.       Dipimpin oleh kepala ruangan.
2.       Peserta : Karu, Katim dan Profesi lain.
3.       Waktu 60 menit
4.       Dilaksanakan diruangan.
5.       Dilakukan setiap satu bulan sekali.
6.       Bahan : Laporan bulan lalu atau kasus
LANGKAH – LANGKAH
1.       PERSIAPAN
A.      Kepala ruangan menjadualkan rapat tim kesehatan ruang  Model  Praktik  Keperawatan Profesional  (MPKP) dan disepakati oleh semua perawat dan tim kesehatan yang terlibat diruangan.
B.      Menyiapkan bahan untuk rapat tim kesehatan, adapun bahan rapat yang digunakan adalah laporan pada bulan sebelumnya. Masalah yang akan dibahas bisa permasalahan pasien / keluarga, perawat dan tim kesehatan lainya atau kerja sama, sarana dan pra sarana yang terkait dengan pemberian pelayanan kesehatan  ataupun anggaran yang diperlukan, bentuknya bisa berupa kebijakan, prosedur tetap, regulasi, koordinasi dan lainnya.

2.       PELAKSANAAN
A.      Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh kepala ruangan
B.      Kepela ruangan menjelaskan tujuan atau agenda rapat tim kesehatan , lamanya waktu rapat
C.      Kepala ruangan membacakan laporan bulan sebelumnya tentang permasalahan yang dihadapi.
D.      Kepala ruangan meminta masukan dan tanggapan kepada perawat dan tim kesehatan lainnya yang hadir tentang masalah yang ada
E.       Kepela ruangan mendengarkan masukan dan tanggapan dari yang hadir
F.       Kepala ruangan beserta peserta yang hadir mencari jalan keluar dan memutuskan tindakan bersama
G.     Kepala ruangan menyimpulkan hasil rapat pada pertemuan hari ini.
H.      Kepela ruangan menyampaikan pertemuan berikutnya dan permasalahan yang akan dibahas

3.       DOKUMENTASI
Kepela ruangan melakukan dokumentasi hasil rapat tim kesehatan



PENYAKIT DIFTERI

Difteri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.

Menurut World Health Organization (WHO), tercatat ada 7.097 kasus difteri yang dilaporkan di seluruh dunia pada tahun 2016. Di antara angka tersebut, Indonesia turut menyumbang 342 kasus. Sejak tahun 2011, kejadian luar biasa (KLB) untuk kasus difteri menjadi masalah di Indonesia. Tercatat 3.353 kasus difteri dilaporkan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 dan angka ini menempatkan Indonesia menjadi urutan ke-2 setelah India dengan jumlah kasus difteri terbanyak. Dari 3.353 orang yang menderita difteri, dan 110 di antaranya meninggal dunia. Hampir 90% dari orang yang terinfeksi, tidak memiliki riwayat imunisasi difteri yang lengkap.
Difteri termasuk salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan imunisasi terhadap difteri termasuk ke dalam program imunisasi wajib pemerintah Indonesia. Imunisasi difteri yang dikombinasikan dengan pertusis (batuk rejan) dan tetanus ini disebut dengan imunisasi DTP. Sebelum usia 1 tahun, anak diwajibkan mendapat 3 kali imunisasi DTP. Cakupan anak-anak yang mendapat imunisasi DTP sampai dengan 3 kali di Indonesia, pada tahun 2016, sebesar 84%. Jumlahnya menurun jika dibandingkan dengan cakupan DTP yang pertama, yaitu 90%.
Penyebab Difteri
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.  Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri. Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:
§  Terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk. Ini merupakan cara penularan difteri yang paling umum.
§  Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
§  Sentuhan langsung pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit penderita. Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.
Bakteri difteri akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan, sehingga akhirnya menjadi sel mati. Sel-sel yang mati inilah yang akan membentuk membran (lapisan tipis) abu-abu pada tenggorokan. Di samping itu, racun yang dihasilkan juga berpotensi menyebar dalam aliran darah dan merusak jantung, ginjal, serta sistem saraf.
Terkadang, difteri bisa jadi tidak menunjukkan gejala apapun sehingga penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi. Apabila tidak menjalani pengobatan dengan tepat, mereka berpotensi menularkan penyakit ini kepada orang di sekitarnya, terutama mereka yang belum mendapatkan imunisasi.
Gejala Difteri
Difteri umumnya memiliki masa inkubasi atau rentang waktu sejak bakteri masuk ke tubuh sampai gejala muncul 2 hingga 5 hari. Gejala-gejala dari penyakit ini meliputi:
§  Terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel.
§  Demam dan menggigil.
§  Sakit tenggorokan dan suara serak.
§  Sulit bernapas atau napas yang cepat.
§  Pembengkakan kelenjar limfe pada leher.
§  Lemas dan lelah.
§  Pilek. Awalnya cair, tapi lama-kelamaan menjadi kental dan terkadang bercampur darah.
Difteri juga terkadang dapat menyerang kulit dan menyebabkan luka seperti borok (ulkus). Ulkus tersebut akan sembuh dalam beberapa bulan, tapi biasanya akan meninggalkan bekas pada kulit.
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda atau anak Anda menunjukkan gejala-gejala di atas. Penyakit ini harus diobati secepatnya untuk mencegah komplikasi.
Diagnosis dan Pengobatan Difteri
Untuk menegakkan diagnosis difteri, awalnya dokter akan menanyakan beberapa hal seputar gejala yang dialami pasien. Dokter juga dapat mengambil sampel dari lendir di tenggorokan, hidung, atau ulkus di kulit untuk diperiksa di laboratorium.
Apabila seseorang diduga kuat tertular difteri, dokter akan segera memulai pengobatan, bahkan sebelum ada hasil laboratorium. Dokter akan menganjurkannya untuk menjalani perawatan dalam ruang isolasi di rumah sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin.
Antibiotik akan diberikan untuk membunuh bakteri dan menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung pada tingkat keparahan gejala dan lama pasien menderita difteri.
Sebagian besar penderita dapat keluar dari ruang isolasi setelah mengonsumsi antibiotik selama 2 hari. Tetapi sangat penting bagi mereka untuk tetap menyelesaikan konsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter, yaitu selama 2 minggu.
Penderita kemudian akan menjalani pemeriksaan laboratorium untuk melihat ada tidaknya bakteri difteri dalam aliran darah. Jika bakteri difteri masih ditemukan dalam tubuh pasien, dokter akan melanjutkan penggunaan antibiotik selama 10 hari.
Sementara itu, pemberian antitoksin berfungsi untuk menetralisasi toksin atau racun difteri yang menyebar dalam tubuh. Sebelum memberikan antitoksin, dokter akan mengecek apakah pasien memiliki alergi terhadap obat tersebut atau tidak. Apabila terjadi reaksi alergi, dokter akan memberikan antitoksin dengan dosis rendah dan perlahan-lahan meningkatkannya sambil melihat perkembangan kondisi pasien.
Bagi penderita yang mengalami kesulitan bernapas karena hambatan membran abu-abu dalam tenggorokan, dokter akan menganjurkan proses pengangkatan membran. Sedangkan penderita difteri dengan gejala ulkus pada kulit dianjurkan untuk membersihkan bisul dengan sabun dan air secara seksama.
Selain penderita, orang-orang yang berada di dekatnya juga disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter karena penyakit ini sangat mudah menular. Misalnya, keluarga yang tinggal serumah atau petugas medis yang menangani pasien difteri.
Dokter akan menyarankan mereka untuk menjalani tes dan memberikan antibiotik. Terkadang vaksin difteri juga kembali diberikan jika dibutuhkan. Hal ini dilakukan guna meningkatkan proteksi terhadap penyakit ini.
Komplikasi Difteri
Pengobatan difteri harus segera dilakukan untuk mencegah penyebaran sekaligus komplikasi yang serius, terutama pada penderita anak-anak. Diperkirakan 1 dari 5 penderita balita dan lansia di atas 40 tahun meninggal dunia akibat komplikasi difteri.
Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, toksin dari bakteri difteri dapat memicu beberapa komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa. Beberapa di antaranya meliputi:
§  Masalah pernapasan. 
Sel-sel yang mati akibat toksin yang diproduksi bakteri difteri akan membentuk membran abu-abu yang dapat menghambat pernapasan. Partikel-partikel membran juga dapat luruh dan masuk ke paru-paru. Hal ini berpotensi memicu reaksi peradangan pada paru-paru sehingga fungsinya akan menurun secara drastis dan menyebabkan gagal napas.

§  Kerusakan jantung. 
Selain paru-paru, toksin difteri berpotensi masuk ke jantung dan menyebabkan peradangan otot jantung atau miokarditis. Komplikasi ini dapat menyebabkan masalah, seperti detak jantung yang tidak teratur, gagal jantung, dan kematian mendadak.

§  Kerusakan saraf. 
Toksin dapat menyebabkan penderita mengalami masalah sulit menelan, masalah saluran kemih, paralisis atau kelumpuhan pada diafragma, serta pembengkakan saraf tangan dan kaki. Paralisis pada diafragma akan membuat pasien tidak bisa bernapas sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan atau respirator. Paralisis diagfragma dapat terjadi secara tiba-tiba pada awal muncul gejala atau berminggu-minggu setelah infeksi sembuh. Karena itu, penderita difteri anak-anak yang mengalami komplikasi umumnya dianjurkan untuk tetap di rumah sakit hingga 1,5 bulan.

§  Difteri hipertoksik. 
Komplikasi ini adalah bentuk difteria yang sangat parah. Selain gejala yang sama dengan difteri biasa, difteri hipertoksik akan memicu pendarahan yang parah dan gagal ginjal.

Pencegahan Difteri dengan Vaksinasi
Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DTP. Vaksin ini meliputi difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan.
Vaksin DTP termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun. Selanjutnya dapat diberikan booster dengan vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia 10 tahun dan 18 tahun. Vaksin Td dapat diulangi setiap 10 tahun untuk memberikan perlindungan yang optimal.
Apabila imunisasi DTP terlambat diberikan, imunisasi kejaran yang diberikan tidak akan mengulang dari awal. Bagi anak di bawah usia 7 tahun yang belum melakukan imunisasi DTP atau melakukan imunisasi yang tidak lengkap, masih dapat diberikan imunisasi kejaran dengan jadwal sesuai anjuran dokter anak Anda. Namun bagi mereka yang sudah berusia 7 tahun dan belum lengkap melakukan vaksin DTP, terdapat vaksin sejenis yang bernama Tdap untuk diberikan.

Perlindungan tersebut umumnya dapat melindungi anak terhadap difteri seumur hidup.

STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) KEPERAWATAN

Wednesday, January 10, 2018

PENDAHULUAN

Indikator keberhasilan dalam menjalankan suatu program dapat dilihat dari kesesuaian proses dengan apa yang direncanakan.Suatu program perencanaan pada dasarnya memiliki tujuan dan pengaturan aktivitas yang sangat kompleks,,program tersebut harus dilakukan sesuai dengan standar,sehingga hasil yang dicapai akan sesuai dengan standar yang diharapkan.
Standar adalah prinsip-prinsip yang menyediakan kerangka kerja bagi pelaksana audit untuk menilai suatu program,,dalam menilai suatu program perlu dilakukan monitoring evaluasi yang berstruktur.
Monitoring dan evaluasi (ME) adalah dua kata yang memiliki aspek kegiatan yang berbeda yaitu kata monitoring dan evaluasi.Monitoring merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah program yang dibuat itu berjalan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan yang direncanakan,adakah hambatan yang terjadi dan bagaimana para pelaksana program itu mengatsi hambatan tersebut.Monitoring terhadap sebuah hasil perencanaan yang sedang berlangsung menjadi alat pengendalian yang baik dalam seluruh proses implementasi.




 KONSEP DASAR MONEV

Keberhasilan sebuah program dapat dilihat dari apa yang direncanakan dengan apa yang dilakukan,apakah hasil yang diproleh berkesesuaian dengan hasil perencanaan yang dilakukan.Untuk dapat memperoleh implementasi rencana yang sesuai dengan apa yang direncanakan manajemen harus menyiapkan sebuah program yaitu monitoring.Monitoring ditujukan untuk memperoleh fakta ,data dan informasi tentang pelaksanaan program,apakah proses pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.Selanjutnya temuan-temuan hasil monitoring adalah informasi untuk proses evaluasi sehingga hasilnya apakah program yang ditetapkan dan dilaksanakan memproleh hasil yang berkesesuaian atau tidak

TUJUAN MONEV
Umpan balik dari sebuah program akan dipergunakan dalam perbaikan dan penyesuaian komponen – komponen yang tidak maksimal dalam pelaksanaan program dan bila memungkinkan perubahan skenario dapat dilakukan karena gala dalam pelaksanaan program,monitoring tujuannya adalah seperti yang dikemukakan diatas oleh karena itu monitoring sangat diperlukan untuk keberhasilan sebuah program.
Monitoring bertujuan mendapatkan umpan balik nagi kebutuhan program yang sedang berjalan,dengan mengetahui kebutuhan ini pelaksanaan program akan segera mempersiapkan kebutuhan tersebut.Kebutuhan bisa berupa biaya,waktu,personel dan alat.Pelaksanaan program akan mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan,berapa lama waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut.Dengan demikian akan diketahui pula berupa jumlah tenaga yang dibutuhkan,serta alat apa yang harus disediakan untuk melaksanakan program tersebut.
Evaluasi bertujuan untuk memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan tentang perencanaan program,keputusan tentang komponen input pada program,implementasi program yang mengarah kepada kegiatan dan keputusan tentang output menyangkut hasil dan dampak dari program kegiatan.
Secara lebih terperinci monitoring bertujuan untuk :
1.      Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan
2.      Memberikan masukan tentang kebutuhan dalam melaksanakan program
3.      Mendapat gambaran ketercapaian tujuan setalah adanya kegiaatan
4.      Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan kegiatan.
5.      Mendapat informasi tentang adanya kesulitan – kesuliatan dan hambatan hambatan selama kegiatan
6.      Memberikan umpan balik bagi system penilaian program
7.      Memberikan pernyataaan yang bersifat penandaan berupa fakta dan nilai

FUNGSI MONEV

Proses pengambilan keputusan berjalan atau berhentinya/perubahan sebuah atau beberapa program yang berkaitan dilakukan melalui proses evaluasi.Fungsi pengawasan dalam kerangka kegiatan monitoring dan evaluasi terutama kaitannya dengan kegiatan para pimpinan dalam tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut :

a.       Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.
b.      Membidik para pegawai agar mereka melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
c.       Untuk mencegah terjadi penyimpangan,kelainan dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
d.      Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan – pemborosan.
Evaluasi menurut Moh.Rifai (1986) sebagai kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan monitoring memiliki funggsi sebagai berikut :
a.       Evaluasi sebagai pengukur kemajuan
b.      Evaluasi sebagai alat perencanaan
c.       Evaluasi sebagai alat perbaikan
Dengan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa fungsi monitoring yang pokok adalah mengukur hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan program dengan alat ukur rencana yanmg sudah dibuat dan disepakati,menganalisa semua hasil pemantauan (monitoring)untuk dijadikan bahan dalam mempertimbangkan keputusan serta usaha perbaikan dan penyempurnaan. (Soewardji Lazaruth ,1994)

PRINSIP – PRINSIP MONEV

Hal yang paling prinsip dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah acuan kegiatan monitoring adalah ketentuan – ketentuan yang disepakati dan diberlakukan,selanjutnya sustainability kegiatannya harus terjaga,dalam pelaksanaanya onjektivitas sangat diperhatikan dan orientasi utamanya adalah pada program itu sendiri.
Adapun prinsip – prinsip monitoring sebagai berikut :

  1. Monitoring harus dilakukan secara terus – menerus.
  2. Monitoring harus menjadi umpan terhadap perbaikan kegiatan program organisasi.
  3. Monitoring harus member manfaat baik terhadap organisasi maupun terhadap pengguna produk atau layanan.
  4. Monitoring harus dapat memotofasi staf dan sumber daya lainnya untuk berprestasi.
  5. Monitoring harus berorientasi pada peraturan yang berlaku.
  6. Monitoring harus objektif.
  7. Monitoring harus berorientasi pada tujuan program.
Adapun mengenai prinsip – prinsip evaluasi,Nanang Fattah (1996) mengemukakan ada 6 prinsip yaitu :
1.      Prinsip berkesinambungan, artinya dilakukan secara berlanjut.
2.      Prinsip menyeluruh,artinya keseluruhan aspek dan komponen program harus dievaluasi.
3.      Prinsip objektif,artinya pelaksanaannya bebas dari kepentingan pribadi.
4.      Prinsip shahih,yaitu mengandung konsistensi yang bener – bener mengukur yang seharusnya diukur.

SASARAN

Sasaran monitoring dan evaluasi adalah :
a.       Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan program/kegiatan Rawat inap agar dapat berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
b.      Menberikan masukan, saran dan rekomendasi yang berkaitan dengan kebijakan perencanaan program/kegiatan yang akan datang.

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah :
a. Program/kegiatan yang dilaksanakan oleh kepala ruangan dirawat inap,yang meliputi monitoring pelaporan (bulanan/triwulan/semesteran/tahunan).
b.      Hasil pelaksanaan program/kegiatan yang telah dilaksanakan.
c.       Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi.

HASIL YANG DIHARAPKAN 

Adapun hasil yang diharapkan dari kegiatan monitoring dan evaluasi adalah :
a.       Perbaikan program/kegiatan yang sedang berjalan.
b.      Pemecahan masalah yang dihadapi.
c.       Saran dan rekomendasi atas kebijakan perencanaan program/kegiataan yang akan dating.

INDIKATOR KINERJA

Indicator kinerja (performance indicators) merupakan ukuran mengenai masukan,keluaran hasil dan dampak dari kegiatan yang dilakukan.Penyusunan indicator kinerja dalam melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan dengan memperhatikan criteria SMART,yaitu :

a.  Spesifik (specific),indikator yang ditetapkan menyebutkan dengan jelas data dan penghitungan untuk mendapatkannya.
b.    Dapat diukur (measurable),indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan informasi dan dapat terukur.
c.    Bermanfaat (attributable),indikator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan kebijakan.
d.   Dapat dipercaya (reliable),indikator yang ditentukan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik,benar dan teliti.
e.    Tepat waktu (timely),indikator yang ditetntukan harus dapat didukung oleh pengumpulan data dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan yang dilakukan.

Adapun jenis indikator kinerja yang digunakan meliputi :

a.    Indikator kuantitatif,yaitu suatu indikator yang berupa angka atau prosentase.Hal ini digunakan untuk mengukur penilaian terhafapa signifikansi outcome dari suatu kegiatan yang membutuhkan data baik dalam angka maupun prosentase.
b.    Indikator kualitatif,menyatakan penilaian yang bersifat kualitatif berupa pengertian tentang perubahan yang terjadi,yaitu :
·         Mengukur persepsi
·         Menggambarkan perubahan perilaku

Tingkat ukuran kinerja yang digunakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan sanitasi di kabupaten Pati,meliputi 4 (empat) hal, yaitu :

  1. Indikator dapak (impact),indikator ini menunjukan pengarah,baik positif maupun negative yang ditimbulkan akibat pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan.
  2. Indikator keluaran (output),indikator ini digunakan untuk mengukur capaian dari berbagai kegiatan dalam suatu program yang tealah selesai dilaksanakan,indikator ini mencerminkan berfungsinya keluaran berbagai kegiatan pada jangka menengah.
  3. Indikator keluaran (output),indikator ini digunakan untuk mengukur keluaran yang langsung dihasilkan dari suatu pelaksanaan kegiatan,baik fisik maupun non fisik.\
  4. Indikator masukan (input),indikator ini mengukur jumlah sumberdaya yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan.

METODE

Dalam pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi,metode yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
A.    Observasi langsung
yaitu metode pengumpulan informasi secara langsung diobservasi,misalnya :
  • Jumlah masyarakat yang turut berpartisipasi dalam komunitas kelompok kerja.
  • Kehadiran dalam pelaksanaan kegiatan.
  • Perubahan kondisi masyrakat setelah pelaksanaan.
B.     Data sekunder
 untuk melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi perlu dilakukan pengecekan dokumen tertulis dan statistic.Validasi data perlu dilakukan dengan menggunakan sumber data sekunder ini sebagai sumber informasi.


MEKANISME PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI

Dalam melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi,dengan memperhatikan aspek – aspek sebagai berikut :
  1. Menentukan tujuan monitoring dan evaluasi.
  2. Menyusun desain monitoring dan evaluasi.
  3. Menyusun tahapan pelaksanaan monitoring dan evaluasi,meliputi metode,sumber data,pembiayaan dll.
  4. Menentukan pelaku monitoring dan evaluasi.
  5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
  6. Mendeseminasikan hasil monitoring dan evaluasi.
  7. Menggunakan hasil monitoring dan evaluasi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan tahun berikutnya.


C.    Format monitoring dan evaluasi

Dalam pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi,perlu disusun format acuan yang akan menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan.Instrumen tersebut dibuat agar dapat memberikan gambaran mengenai latar belakang kegiatan,proses pelaksanaan kegiatan,permasalahan dan hasil dari kegiatan tersebut. Dalam pelaksanaanya,format instrument tersebut dapat dirubah menyesuaikan dengan kebutuhan.
 

Most Reading